Langsung ke konten utama

Facebook

Hari ini aku bingung mau apa, akhirnya aku bukalah salah satu sosial media yang telah aku pakai cukup lama, yaitu Facebook.

Banyak cerita dari sosial media ini, dari kala diriku yang belum mengenal istilah jatuh cinta hingga kini juga masih bingung sih apa makna dari jatuh cinta 😅.

Aku menyukai Facebook, bukan karena aplikasinya yang serba bisa, bukan juga karena aku bisa curhat colongan agar orang lain ketahui. Aku menyukainya karena sosial media ini telah mengikutiku dari aku yang dulu hingga aku yang sekarang, sama-sama masih manusia biasa, namun berpikiran beda.

Facebook adalah tempatku mengenal orang baru, tempatku mengetahui kabar teman-temanku, tempatku mengenal ia yang dulu hanya dapat melihat, tapi tak mampu berbicara. Aku yakin bukan cuma aku yang merasakan hal itu.

Aku cukup gemar membuka beranda Facebook milikku, melihat unggahan mereka yang mengikuti dan berteman denganku di aplikasi ini. Sungguh macam dan beragam isi berandaku, dari orang-orang yang menceritakan kekesalannya hingga menceritakan kebahagiaannya. Aku tidak menyalahkan mereka yang menceritakan kekesalannya, tapi aku belajar dari mereka bahwa akan lebih baik jika aku tidak seperti itu. Aku belajar dari mereka yang menceritakan kebahagiaanya bahwa luar biasa indahnya melihat orang lain bahagia, serta sungguh nikmatnya jika aku turut berbahagia.

Sekitar 30 menit yang lalu, muncul salah satu unggahan kawan lamaku, ia mengunggah foto bersama istrinya. Dalam foto tersebut, ia menuliskan caption bahwa ia meminta buah hati yang ada di perut istrinya untuk selalu sehat, serta ia dan istri sudah tidak sabar menunggu sang buah hatinya itu. Kalimat dan foto sederhana, namun keindahannya terasa hingga ke jiwa.

Melihat unggahan itu aku tersenyum, mengingat masa lalu kedekatanku dengan kawan lamaku ini yang ternyata sudah tak sabar menunggu kelahiran sang buah hati. Dulu, ia amat mengagumiku hingga aku pun tak kuasa menahan rasa bersalah karena tak mampu membalasnya. Kebaikan yang ia berikan padaku tak pernah dapat aku berikan kepadanya. Sungguh tak lupa aku akan semua itu. Namun, setelah melihat unggahan itu aku sangat lega dan bahagia, aku bahagia atas kebahagiaannya. Kawan lamaku telah mendapatkan kebahagiaanya.

Karena itu, aku sungguh suka dengan Facebook, aku suka melihat kabar mereka yang dulu pernah ada dalam kehidupkanku kini telah bahagia, walaupun tidak ada aku di sana. Hari ini, Facebook memberikan aku satu makna bahwa bahagia itu sederhana, melihat mereka yang dulu pernah memberikanku kebahagiaan sekarang telah berbahagia pula.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengingat Diri

Bagaimana perasaanmu ketika kebaikanmu dianggap hanya kepura-puraan? Bagaimana tanggapanmu saat kamu melakukan yang terbaik untuk membuat kawanmu senang dan nyaman, namun ia hanya mengungkit kekuranganmu? Bagaimana sikapmu ketika apapun yang kamu lakukan dinilai dan dihakimi oleh kawanmu sendiri? Sedih bukan? Namun, jadikan hal itu menjadi pendewasaan bagi kehidupanmu ke depan. Jadikan dirimu menjadi lebih rendah hati, tidak mudah menilai buruk orang lain, dan jadikan pribadimu menjadi manusia yang terus belajar menjadi lebih baik. Biarlah orang lain menyalahartikan ketulusan hatimu. Biarlah orang lain memandang sebelah mata dengan tindakan yang kamu lakukan. Kamu hanya manusia. Kamu tidak sempurna karena banyak kurangnya. Diam adalah tindakan terbaik, serta memohon ampunlah kamu kepada Allah SWT. Sayyidina Ali bin Abi Thalib memberikan nasehat, "Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu, dan yang membencimu ti

Tidak Jelas

Ketidakjelasan benar-benar mengajarkan akan artinya kehidupan Logika dan hati tidak sejalan, namun Kamu tak mampu menyalahkan Salahmu bukanlah adanya ketidakjelasan, salahmu ialah mengharapkan Bagaimana bisa Kamu mengharapkan sang malam hadir di pagimu dan siangmu? Sadarkanlah Dirimu, malam hanyalah malam, Ia datang karena memang malam, bukan karena ingin berjumpa denganmu, tapi hanya karena malam harus melawati kehidupanmu. Ingatlah lagi, jangan menyalahkan dirimu karena segala ketidakjelasan Hal itu adalah ujian dan pembelajaran bagimu bahwa yang datang akan pulang